pesan hidup dari bocah penjual koran | Wikiap
Home » » pesan hidup dari bocah penjual koran

pesan hidup dari bocah penjual koran


 MangOleh.com – Kisah Inspirasi dan Motivasi. Dari tadi pagi hujan mengguyur kota tanpahenti, udara yang biasanya sangat panas, hari ini terasa sangat dingin. Di jalanan hanyasesekali mobil yang lewat, hari ini hari libur membuat orang kota malas untuk keluar rumah.Di perempatan jalan, Umar, seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti dilampu merah, dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, hanya saja dia begitu eratmelindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik.“Korannya bu !”seru Umar berusaha mengalahkan suara air hujan.Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenung anak sekecilini harus berhujan-hujan untuk menjual koran. Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuandari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil untuk mengulurkan lembaran uang.“Mau koran yang mana bu?, tanya Umar dengan riang.”Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau koran tadi pagi aku juga sudah baca”, jawab si ibu.Si Umar kecil itu tampak terpaku, lalu diulurkan kembali uang dua puluh ribu yang dia terima,”Terima kasih bu, saya menjual koran, kalau ibu mau beli koran silakan, tetapi kalau ibumemberikan secara cuma-cuma, mohon maaf saya tidak bisa menerimanya”, Umar berkatadengan muka penuh ketulusan.Dengan geram si ibu menerima kembali pemberiannya, raut mukanya tampak kesal, dengancepat dinaikkannya kaca mobil. Dari dalam mobil dia menggerutu ”Udah miskin sombong!”.Kakinya menginjak pedal gas karena lampu menunjukkan warna hijau. Meninggalkan Umaryang termenung penuh tanda tanya.Umar berlari lagi ke pinggir, dia mencoba merapatkantubuhnya dengan dinding ruko tempatnya berteduh.Tangan kecilnya sesekali mengusap mukauntuk menghilangkan butir-butir air yang masih menempel. Sambil termenung dia menatapnanar rintik-rintik hujan di depannya, ”Ya Tuhan, hari ini belum satupun koranku yang laku”,gumamnya lemah.Hari beranjak sore namun hujan belum juga reda, Umar masih saja duduk berteduh di emperanruko, sesekali tampak tangannya memegangi perut yang sudah mulai lapar.Tiba-tibadidepannya sebuah mobil berhenti, seorang bapak dengan bersungut-sungut turun dari mobil menuju tempat sampah,”Tukang gorengan sialan, minyak kaya gini bisa bikin batuk”, denganpenuh kebencian dicampakkannya satu plastik gorengan ke dalam tong sampah, dan beranjakkembali masuk ke mobil. Umar dengan langkah cepat menghampiri laki-laki yang ada di mobil.”Mohon maaf pak, bolehkah saya mengambil makanan yang baru saja bapak buang untuksaya makan”, pinta Umar dengan penuh harap. Pria itu tertegun, luar biasa anak kecil didepannya. Harusnya dia bisa saja mengambilnya dari tong sampah tanpa harus meminta ijin.Muncul perasaan belas kasihan dari dalam hatinya.“Nak, bapak bisa membelikan kamu makanan yang baru, kalau kamu mau””Terima kasih pak, satu kantong gorengan itu rasanya sudah cukup bagi saya, boleh khanpak?, tanya Umar sekali lagi.”Bbbbbooolehh”, jawab pria tersebut dengan tertegun. Umarberlari riang menuju tong sampah, dengan wajah sangat bahagia dia mulai makan gorengan,sesekali dia tersenyum melihat laki-laki yang dari tadi masih memandanginya.Dari dalam mobil sang bapak memandangi terus Umar yang sedang makan. Dengan perasaanberkecamuk di dekatinya Umar.”Nak, bolehkah bapak bertanya, kenapa kamu harus meminta ijinku untuk mengambil makananyang sudah aku buang?, dengan lembut pria itu bertanya dan menatap wajah anak kecil didepannya dengan penuh perasaan kasihan.”Karena saya melihat bapak yang membuangnya,saya akan merasakan enaknya makanan halal ini kalau saya bisa meminta ijin kepadapemiliknya, meskipun buat bapak mungkin sudah tidak berharga, tapi bagi saya makanan inisangat berharga, dan saya pantas untuk meminta ijin memakannya ”, jawab si anak sambilmembersihkan bibirnya dari sisa minyak goreng.Pria itu sejenak terdiam, dalam batinnya berkata, anak ini sangat luar biasa. ”Satu lagi nak, akukasihan melihatmu, aku lihat kamu basah dan kedinginan, aku ingin membelikanmu makananlain yang lebih layak, tetapi mengapa kamu menolaknya”.Si anak kecil tersenyum denganmanis,”Maaf pak, bukan maksud saya menolak rejeki dari Bapak. Buat saya makan sekantonggorengan hari ini sudah lebih dari cukup. Kalau saya mencampakkan gorengan ini danmenerima tawaran makanan yang lain yang menurut Bapak lebih layak, maka sekantonggorengan itu menjadi mubazir, basah oleh air hujan dan hanya akan jadi makanan tikus.””Tapi bukankah kamu mensia-siakan peluang untuk mendapatkan yang lebih baik dan lebihnikmat dengan makan di restoran di mana aku yang akan mentraktirnya”, ujar sang laki-lakidengan nada agak tinggi karena merasa anak di depannya berfikir keliru.Umar menatap wajah laki-laki didepannya dengan tatapan yang sangat teduh,”Bapak!, sayasudah sangat bersyukur atas berkah sekantong gorengan hari ini. Saya lapar dan bapakmengijinkan saya memakannya”, Umar memperbaiki posisi duduknya dan berkata kembali,”Dan saya merasa berbahagia, bukankah bahagia adalah bersyukur dan merasa cukup atasanugerah hari ini, bukan menikmati sesuatu yang nikmat dan hebat hari ini tetapi menimbulkankeinginan dan kedahagaan untuk mendapatkannya kembali di kemudian hari.”Umar berhentiberbicara sebentar, lalu diciumnya tangan laki-laki di depannya untuk berpamitan. Dengansuara lirih dan tulus Umar melanjutkan kembali,”Kalau hari ini saya makan di restoran dan menikmati kelezatannya dan keesokan harinya saya menginginkannya kembali sementara bapak tidak lagi mentraktir saya, maka saya sangat khawatir apakah saya masih bisa merasakan kebahagiaannya”. Pria tersebut masih saja terpana, dia mengamati anak kecil di depannya yang sedang sibuk merapikan koran dan kemudian berpamitan pergi.”Ternyata bukan dia yang harus dikasihani, Harusnya aku yang layak dikasihani, karena aku jarang bisa berdamai dengan hari ini” Baca Kisah Inspirasi dan Motivasi dan Berita Unik: Pesan Hidup Dari Bocah Penjual Koran | Kisah Inspirasi dan Motivasi 

sumber: MangOleh.com Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

0 komentar:

Posting Komentar