Kisah Elang dan Kalkun
Kisah kalkun dan elang
ini diambil dari sumber lain di internet yang menurut saya sangat inspiratif.
Mudah-mudahan kita bisa mengambil pesan moral yang ada dalam kisah ini.
Dikisahkan bahwa dahulu
kala burung elang dan kalkun adalah
sahabat baik. Mereka selalu melakukan kegiatan berdua, membangun sarang mereka
bersama, mencari makan juga bersama-sama, bahkan ‘hang out’ terbang di udara
pun selalu bersama-sama. Pada jaman dulu bentuk tubuh kalkun tidak seperti
sekarang ini, dulu tubuhnya ramping dan atletis seperti burung elang, dan dia
dapat terbang dengan gesit untuk mencari makan persis seperti burung elang.
Manusia tidak pernah merasa aneh tentang persahabatan kedua burung ini karena
elang dan kalkun selalu terlihat terbang bersama-sama di angkasa.
Ketika itu si kalkun dan
elang sedang terbang di udara. Si kalkun merasa lapar dan ingin mencari sesuatu
untuk di makan, lalu dia berkata pada elang “Lang, gue laper banget nih cuy.
Cari makanan di daratan yuk, kayaknya banyak makanan yang enak di sono”. Lalu
si elang membalas “Ane juga lapar Kun, ide ente boleh juga, mari kita ke
daratan nyari makanan”.
Lalu kedua sahabat itu
terbang menukik menuju daratan dimana beberapa hewan lain juga sedang berada di
sana, kedua burung ini kemudian bergabung untuk makan dengan hewan lainnya di
darat. Ketika itu elang dan kalkun mendarat persis di dekat seekor sapi yang
sedang menikmati makan jagung manis. Si sapi kelihatan sibuk sekali, tapi
kemudian dia berkata pada kedua sahabat itu “Eh ada elang dan kalkun, selamat
datang agan-agan. Silahkan cicipi jagung manis ini, rasanya enak lho”.
Keramahan si sapi ini
membuat elang dan kalkun terkejut karena selama ini mereka tidak pernah berbagi
makanan dengan hewan lain dengan begitu mudahnya. Kemudian si elang berkata
pada si sapi “Gan, ente baik bener. Kenapa ente mau berbagi makanan milik ente
dengan kami?”. Lalu si sapi menjawabnya “Kagak papa gan, makanan di sini banyak
kog. Tuan petani selalu memberikan makanan yang kami butuhkan setiap hari,
enjoy aja lagi”. Jawaban si sapi membuat kedua sahabat itu semakin kaget, dan
semakin penasaran pada cerita si sapi.
Si sapi kemudian
bercerita lagi “Tuan petani itu baik sekali dia selalu menyediakan makanan pada
kami. Dia juga menanam sendiri jagungnya dan juga bahan makanan lainnya. Kami
tidak perlu bekerja sama sekali. Selain itu, Tuan petani juga menyediakan
tempat tinggal yang baik bagi kami, lengkap deh gan”. Cerita si sapi membuat
elang dan kalkun semakin terheran-heran karena seumur hidup mereka belum pernah
mendapatkan kemudahan seperti itu. Mereka harus bekerja keras untuk mencari
makanan dan kadang harus rebutan dengan hewan lain. Begitu juga untuk membuat
rumah, elang dan kalkun harus membuatnya dengan susah payah.
Setelah kedua sahabat itu
selesai menikmati keramahan si sapi lalu mereka pulang dan kemudian mulai
berdiskusi tentang pengalaman mereka hari itu. Si kalkun berkata pada
sahabatnya “Elang sahabatku yang caem, kayaknya kita harus tinggal juga di
tempat tuan petani itu. Kita tidak perlu lagi bekerja keras untuk mencari
makanan, dan tempat tinggal juga sudah tersedia. Rasanya ane dah capek terbang
dan bekerja keras setiap hari hanya untuk hidup”.
Si elang sempat galau
juga dengan pengalamannya hari itu. Lalu dia pun menjawab sahabatnya “Ane ga
yakin gan tentang ide ente kali ini. Menurut ane agak ga masuk akal kalo ada
pihak yang mau memberikan segala sesuatu tanpa imbalan sama sekali. Selain itu
Ane lebih suka terbang bebas di angkasa mengarungi langit biru. Menurut ane bukan
hal yang buruk kalo kita bekerja keras untuk mencari makanan dan membangun
tempat tinggal kita. Dan itu sebuah tantangan yang menarik sahabat ku kalkun
yang caem”.
Kedua sahabat ini tidak
sependapat satu sama lain dan akhirnya memutuskan untuk berpisah. Si kalkun
memutuskan untuk tinggal di daratan bersama sapi, dia mendapatkan makanan dan
tempat tinggal tanpa harus bekerja keras. Berbeda dengan sahabatnya yang lebih
suka kebebasan walau harus menghadapi tantangan setiap hari untuk mencari
makanan dan tempat tinggal.
Pada saat itu semua
berjalan sangat baik bagi si kalkun. Dia mendapat makanan yang enak setiap hari
tanpa harus bekerja keras seperti dulu. Lambat laun si kalkun pun akhirnya
bertambah gemuk dan semakin malas. Lalu pada suatu hari si kalkun mendengar
berita bahwa istri si Tuan petani ingin membuat hidangan daging kalkun panggang
untuk makan malam di hari Thanks Giving. Tentu saja si kalkun kaget dan panik,
kemungkinan besar si istri petani akan memasaknya untuk perayaan hari Thanks
Giving yang akan datang. Kemudian si kalkun memutuskan untuk meninggalkan
tempat Tuan petani dan kembali bersama sahabatnya si Elang.
Namun ketika si kalkun
hendak terbang, dia menyadari bahwa badannya sudah terlalu berat dan malas. Dia
tidak bisa terbang sama sekali, si kalkun hanya bisa mengepak-ngepakkan
sayapnya. Akhirnya istri Tuan petani menangkapnya, memotong, dan memanggang si
kalkun untuk hidangan makan malam di hari Thanks Giving.
Pesan moral dari kisah
elang dan kalkun ini
Ketika anda menyerah pada tantangan hidup dalam pencarian keamanan, anda mungkin sedang menyerahkan kemerdekaan anda. Dan Anda akan menyesalinya setelah segalanya berlalu dan tidak ada KESEMPATAN lagi.
Seperti
pepatah kuno “selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus”.
sumber: maxmanroe.com
baca juga: Kisah Lengkap Pemuda Ashabul Kahfi
sumber: maxmanroe.com
baca juga: Kisah Lengkap Pemuda Ashabul Kahfi
0 komentar:
Posting Komentar